BAB VI
TEKNIK MERUMUSKAN SEBUAH KASUS
Bab ini akan membahas dan menjelaskan aspek-aspek penting yang diperlukan oleh para pedebat dalam membangun sebuah kasus yang akan diangkat menjadi bahan perdebatan dalam kompetisi yang menggunakan format debat Parlemen Australasia. Penyajian materi melalui kasus per kasus dengan harapan agar lebih mudah untuk dianalogkan untuk memunculkan kasus-kasus baru. Contoh-contoh yang digunakan hanyalah sekedar gambaran untuk memahami lomba debat. Untuk menumbuhkan kasus baru sangat ditentukan oleh kreatifitas seseorang untuk bersikap kritis, mengidentifikasi, bertanya dan bertanya terus menerus serta berusaha menggali fakta-fakta yang berserak di lautan luas khasanah kehidupan kita.
Setelah dilakukan pengundian untuk menentukan tim mana yang menjadi tim Affirmatif (Tim Afirmatif) dan Tim Negatif (Tim Negatif), maka selanjutnya kedua tim harus menentukan topik mana yang akan mereka perdebatkan. Panitia akan menyediakan tiga buah topik untuk dipilih.
Topik merupakan pernyataan atau kalimat lengkap, bukan dalam bentuk frase atau pertanyaan.
Contoh: A. ‘Bahwa kita harus memberikan kesempatan kepada Laksamana
Sukardi’.
B. ‘Bahwa dunia itu berbentuk bulat’.
Setelah memilih topik maka masing-masing tim akan diberikan waktu selama 30 menit untuk mendiskusikan dan merumuskan kasus mereka. Dalam waktu 30 menit itu, masing-masing tim tidak diperkenankan untuk mendiskusikan kasus tersebut dengan pihak lain selain anggota tim termasuk manajer atau pelatihnya.
1. Teknik merumuskan kasus
Perumusan kasus adalah proses mempersiapkan sebuah kasus untuk diperdebatkan. Kata kasussendiri diangkat dari istilah hukum yang berarti kumpulan argumentasi, logika, fakta-fakta, contoh-contoh, dan pernyataan-pernyataan yang digunakan untuk membuktikan suatu hal.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam merumuskan sebuah kasus:
a. Mendefinisikan suatu topik. Hal ini menjadi sangat penting dan merupakan dasar dalam setiap perdebatan. Jika salah dalam mendefinisikan atau kurang teliti akan berakibat argumentasi menjadi lemah sehingga mudah untuk disanggah oleh pihak lawan.
b. Mempersiapkan landasan argumen. Ini penting karena menjadi dasar untuk mempertahankan argumentasi. Pembicara kedua dan ketiga perlu memahami landasan argumentasi ini dengan sangat jernih agar bisa melakukan sanggahan yang efektif bila diserang,
c. Membagi tugas kepada tiap pembicara mengenai argumen yang akan mereka bawakan dan sekaligus untuk membuktikan suatu topik dalam debat.
d. Menemukan dan menganalisa argumen, fakta, contoh-contoh, dan lain-lain. Baik untuk mendukung kasus timnya ataupun untuk menyanggah kasus lawan.
e. Mempersiapkan pidato individu.
2. Teknik mendefinisikan sebuah topik
Pendefinisian sebuah topik adalah hal yang paling mendasar dalam perumusan kasus. Mendefinisikan sebuah kasus berarti memberikan batasan yang jelas tentang masalah yang akan diperdebatkan. Untuk bisa membuat definisi yang baik, kita tidak bisa hanya dengan mengartikan sebuah topik, kata per kata sesuai dengan kamus. Yang paling penting adalah bagaimana mendefinisikan sebuah topik secara keseluruhan.
Contoh A. Kita harus memberi kesempatan kepada Laksamana Sukardi.
Untuk Tim Affirmatif
Anda mungkin akan mendefinisikan “Laksamana Sukardi’ sebagai salah satu menteri kabinet reformasi yang dicopot. Kemudian memberikan kesempatan kepada Laksamana Sukardi dapat diartikan sebagai kesempatan untuk terus bekerja sebagai menteri sampai akhir masa jabatannya (tahun 2004). ‘Kita’ dapat diartikan sebagai rakyat Indonesia.
Definisi keseluruhan akan menjadi: Rakyat Indonesia seharusnya memberikan kesempatan kepada Laksamana Sukardi untuk terus bekerja sebagai menteri sampai akhir masa jabatannya.
Definisi hendaknya jelas, dibatasi ruang lingkupnya dan memiliki dasar yang kuat sehingga diterima oleh tim negatif. Sebuah definisi dapat disanggah oleh tim negatif apabila mengandung penjelasan yang tautologis, truistik, squirelling, dan pembatasan ruang dan waktu (untuk lebih jelasnya lihat petunjuk teknis bagi pedebat).
Definisi di atas tidak mengandung tautologis dan truistik dan dapat diperdebatkan. Definisi itu juga dapat dihubungkan dengan topik. Jadi tidak mengandung squirelling. Dalam definisi itu juga tidak terdapat pembatasan ruang dan waktu. karena dalam topik itu sendiri telah menunjukkan Indonesia sebagai tempat yang dibicarakan (Laksamana Sukardi) dan batasan waktu yang jelas (memberikan kesempatan--dalam hal ini sekarang).
Untuk Tim Negatif
Tim Negatif akan membangun sebuah kasus berdasarkan negasi dari topik. Cara yang paling mudah adalah dengan menambahkan kata ‘tidak benar bahwa’ di depan sebuah topik. Jadi dalam kasus ini menjadi: ‘tidak benar bahwa kita harus memberikan kesempatan kepada Laksamana Sukardi’.
Walaupun selama waktu pembahasan kasus Tim Negatif tidak mengetahui definisi yang akan diberikan Pihak Affirmatif, mereka masih dapat membuat perkiraan tentang definisi tersebut. Tim Negatif lebih baik membuat definisi mereka pandangan/persepsi mereka sendiri seakan-akan mereka Tim Affirmatif karena kedua definisi tersebut kemungkinan besar memiliki kesamaan.
Jika kita menggunakan definisi diatas negasinya adalah bahwa ‘kita harus menggantikan Laksamana Sukardi secepat mungkin’. Definisi ini bisa dipersempit menjadi kata ‘sebaiknya Laksamana Sukardi mengundurkan diri secepatnya’. Tim Anda dapat merumuskan kasus berdasarkan definisi ini.
Perlu diingat bahwa Pihak Affirmatif dapat saja memberikan definisi yang tidak disangka sebelumnya walaupun dalam topik yang sudah jelas. Misalnya: Pihak Affirmatif mendefinisikan topik di atas sebagai ‘memberikan kesempatan bagi Laksamana Sukardi hanya sampai akhir tahun 2000’. Dalam hal ini Anda harus mengubah definisi secara langsung dalam debat menjadi ‘tidak memberikan kesempatan’ untuk digantikan mejadi ‘diganti secepatnya’. Atau Anda mungkin merasa bahwa Tim Affirmatif mencoba untuk mengambil bagian Anda dan Anda memutuskan untuk menolak definisi mereka dan menyatakan bahwa Pihak Affirmatif melakukan squrelling. Walaupun demikian penolakan definisi yang diajukan Affirmatif akan menghasilkan dua kasus yang sama yang dibawakan oleh dua tim yang berbeda.
3. Teknik membuat dasar argumentasi
Dasar argumen adalah sebuah ide abstrak yang menghubungkan seluruh presentasi pedebat, mulai dari pebicara yang pertama, pembicara kedua hingga pembicara ketiga. Sebuah dasar argumen harus berbentuk singkat dan jelas. Dapat berbentuk sebuah kalimat singkat atau sebuah silogisme. Apapun bentuknya sebuah dasar argumen harus dapat membuktikan topik dan semua argumen akan berdasarkan padanya.
Contoh A. Kita harus memberikan kesempatan kepada Laksamana Sukardi.
Untuk Tim Affirmatif
Premis pertama: Rakyat Indonesia harus memprioritaskan penanganan masalah hukum terlebih dahulu.
Premis kedua: Krisis ekonomi hanya dapat ditangani oleh pemerintahan yang kuat dan stabil, dengan kabinet yang kuat dan stabil pula. Persyaratan ini hanya dapat dipenuhi apabila kita memberikan kesempatan kepada para menteri yang sekarang untuk menjalankan seluruh masa jabatannya.
Kesimpulan: Rakyat Indonesia harus memberikan kesempatan kepada Laksamana Sukardi untuk memerintah sampai akhir masa jabatannya.
Premis satu dapat dengan mudah dibuktikan, sedangkan premis dua membutuhkan banyak argumen untuk mendukungnya. Akan lebih mudah apabila premis dua dibagi dalam beberapa pernyataan.
Untuk Tim Negatif
Premis pertama: Rakyat Indonesia memerlukan pemerintahan yang bebas dari KKN.
Premis kedua: Agar pemerintahan bebas dari KKN pemimpinnya, menteri-menterinya harus pula bersih dari KKN.
Kesimpulan awal: Rakyat Indonesia membutuhkan seorang menteri yang bebas dari KKN.
Premis ketiga: Laksamana Sukardi tidak bebas dari KKN.
Kesimpulan: Rakyat Indonsia memerlukan menteri lain selain Laksamana Sukardi.
Premis satu tidak memerlukan banyak argumentasi untuk membuktikannya. Premis dua mungkin memerlukan beberapa teori politik atau data-data untuk mendukungnya. Kedua premis itu membuktikan kesimpulan awal. Premis tiga memerlukan bukti yang kuat. Kalau ketiga premis terbukti maka dengan logika silogisme kesimpulannya akan terbukti.
Contoh B. Bahwa dunia berbentuk kotak
1. Teknik membuat definisi
Topik: ‘Bahwa dunia berbentuk kotak’.
Untuk Tim Affirmatif
Topik bahwa dunia berbentuk kotak tidak mungkin didefinisikan apa adanya. Jenis topik metafora yang biasanya ditemukan di dalam babak humor, dapat didefinisikan bermacam – macam, selama mereka dapat diperdebatkan.
Kita mendefinisikan dunia sebagai kehidupan secara keseluruhan, dan karena kehidupan memiliki berbagai macam segi, kita akan memiliki dua aspek yang berhubungan di dalam hidup: agama dan perkawinan. Sebuah kotak adalah suatu bentuk geometris yang memiliki empat garis lurus dan empat sudut. Hal ini melambangkan sesuatu yang tidak bisa diubah. Agama adalah seperangkat dogma yang berdasarkan atas kepercayaan akan adanya Yang Maha Kuasa (agama monotheisme). Agama memiliki peraturan yang tegas dan harus diikuti dan dijalankan oleh penganutnya tanpa disanggah lagi.
Kita akan mendefinisikan sebagai “bahwa seseorang seharusnya tidak menikah dengan penganut agama yang berbeda”. Ini berhubungan langsung dengan kekakuan agama seperti di atas.
Definisi ini dapat diperdebatkan, karena mengandung truisme, atau tautologi, dan tidak mengandung pembatasan tempat dan waktu. Apakah definisi ini mengandung squirreling ? Tidak, apabila kita dapat menjelaskan secara hati–hati tentang definisi kita dan secara jelas definisi itu memiliki hubungan yang logis antara topik asli dengan definisi kita.
Perhatikan juga kata–kata “seharusnya tidak menikah dengan”. Kita tidak mengatakan bahwa perkawinan antar agama tidak diperbolehkan. Jadi, Tim Affirmatif di sini tidak bertindak sebagai pemerintah yang mengajukan usulan, tetapi hanya sekelompok orang yang mengeluarkan pendapatnya.
Untuk Tim Negatif
Walaupun definisi dari Tim Affirmatif akan lebih sulit untuk diterka, akan lebih baik untuk Tim Negatif agar tetap merumuskan kasusnya daripada merumuskan kasus di dalam debat. Karena, selalu ada kemungkinan bahwa Affirmatif melanggar aturan tentang definisi. Jadi negatif harus mempersiapkan definisinya sendiri. Atau, negatif dapat mencoba umtuk menegaskan topik secara filosofis. Selain itu, negatif bisa mencoba untuk mengira–ngira kemungkinan apa saja yang akan diberikan oleh pihak Affirmatif.
2. Teknik membuat argumentasi
Untuk Tim Affirmatif
Premis satu : Agama adalah seperangkat dogma dan nilai – nilai fundamental serta aturan yang membimbing manusia di dalam kehidupannya; setiap agama memiliki aturan yang berbeda.
Premis dua : Pernikahan adalah ikatan suci antara dua individu; pernikahan adalah bentuk yang paling jelas untuk menunjukkan suatu hal yang kontras antara dua orang. Dan semua perbedaan yang fundamental antara mereka mungkin sekali akan mengganggu perkawinan.
Premis tiga : Apabila seseorang menikah dengan yang lain yang berbeda agama, maka akan terjadi perbedaan yang fundamental antara dua individu yang mungkin akan membahayakan keharmonisan rumah tangga.
Kesimpulan : Seseorang seharusnya tidak menikah dengan orang lain yang berbeda agama.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar